Pada bulan Oktober 2020 Kota Singaraja tercatat mengalami deflasi sedalam -0,21 persen dengan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) sebesar 104,68. Tingkat inflasi tahun berjalan Oktober 2020 tercatat setinggi 1,01 persen. Sementara itu, tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2020 terhadap Oktober 2019 atau YoY) tercatat setinggi 1,48 persen.
Tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi (m to m) yaitu kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -4,11 persen; kelompok III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga) sedalam -0,17 persen; dan kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,07 persen. Sementara itu, enam kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya) setinggi 1,06 persen, kelompok VI (transportasi) setinggi 0,68 persen, kelompok II (pakaian dan alas kaki) setinggi 0,27 persen; kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) setinggi 0,15 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,12 persen dan kelompok V (kesehatan) setinggi 0,08 persen. Dua kelompok pengeluaran lainnya tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu, kelompok IX (pendidikan) dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/ restoran).
Komoditas yang tercatat memberikan sumbangan deflasi pada bulan Oktober 2020 antara lain canang sari, kangkung, telur ayam ras, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, makanan ringan/snack dan ikan tuna.
Dari 90 kota IHK, tercatat 24 kota mengalami deflasi dan 66 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Manokwari sedalam -1,81 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Surabaya sedalam -0,02 persen. Sementara itu, Inflasi tertinggi tercatat di Sibolga setinggi 1,04 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di empat kota yaitu Jakarta, Cirebon, Bekasi dan Jember masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Singaraja menempati urutan ke-14 dari 24 kota yang mengalami deflasi.